Ada sebuah jalan menuju kantor yang selalu kulewati setiap hari. Entah sejak kapan, jalan itu terasa seperti teman yang setia menemani perjalanan hidupku. Setiap pagi aku menaiki bus langgananku, menatap jendela yang sama, dan melihat pemandangan yang itu-itu juga. Rutinitas yang sederhana, tapi di baliknya ada cerita tentang perjuangan yang tidak banyak orang tahu.

Hidupku tidak sesederhana hidup orang lain. Ada hal-hal yang harus kulakukan untuk bertahan, untuk menyambung kehidupan. Aku tidak bisa diam dan menunggu sesuatu terjadi. Setiap hari aku harus bekerja dari pagi hingga petang, sampai matahari terbenam, demi memastikan roda hidup ini tetap berputar. Kadang semuanya terasa sangat melelahkan—baik tubuh maupun pikiran.

Di balik letih itu, ada keinginan kecil yang sering muncul di benakku. Aku ingin bersantai, bermain, dan bersenang-senang seperti anak laki-laki lainnya. Namun, kedewasaan memaksaku untuk merelakan kesempatan itu. Tanggung jawab datang lebih cepat daripada keinginanku untuk menikmati masa muda.

Meski begitu, aku masih menyimpan sebuah harapan. Aku ingin memiliki cukup uang untuk keluar dari hiruk-pikuk kesibukan ini. Menjadi seorang pengusaha yang hebat terdengar tidak buruk, bukan? Memiliki waktu yang fleksibel, bisa mengatur hidup dengan ritme sendiri—rasanya itu impian yang ingin sekali ku wujudkan.