TulisanQ

Image Not Uploaded

Dunia Yang Tak Punya Empati

Rabu, 24 September 2025 - tulisanq

Punya banyak teman ternyata bukan tanda kekayaan jiwa, melainkan beban yang tak terlihat—banyak wajah yang harus kusapa manis, banyak hati yang harus kuseimbangkan agar tak ada yang tersinggung, banyak ego yang harus kusejajarkan demi tenteramnya kelompok yang rapuh.


Mereka tampak bersama, tapi hanya sesekali; ada yang selalu ingin menang, ada yang haus didengar, ada yang meremehkan tanpa pernah memberi ruang, ada yang meminta empati namun menutup mata ketika aku runtuh. Aku berdiri di tengah perseteruan kecil yang tak pernah kupilih, harus bersikap netral padahal hatiku sudah dipenuhi luka; kenapa hanya aku yang terus memberi, sementara ruang kecil untukku dibiarkan kosong?


Lelah ini bukan sekadar capek—ini rasa hampa karena pencarian makna sahabat di kantor tak pernah kutemukan: yang bisa bercanda saat senang, yang menampung saat sedih, yang memilih memahami bukan menghakimi.


Kutemui grup di dalam grup, bisik-bisik yang berubah jadi pisau, cibir terang-terangan di ruang publik, kecemburuan tanpa sebab, dan tanya yang tak kunjung usai—apa salahku, bagaimana aku harus meminta maaf untuk kesalahan yang tak kuerti?


Aku muak menjadi orang yang selalu memaafkan; aku bimbang apakah harus berhenti menjadi empati agar tak terus-terusan terluka, atau tetap menjadi baik walau itu membuatku terkuras.


Kadang kusendiri: makan sendiri di kantin, berjalan tanpa teman, memilih bicara dengan orang asing yang tak punya hutang emosi kepadaku—karena lebih aman memulai dari nol daripada terus mengobati luka dari mereka yang kukenal.


Dunia tak pernah berusaha memahamiku; aku memaksa diri mengerti ratusan hal sementara tak seorang pun memeluk keberadaanku.


Dan di titik ini, di antara senyum yang terasa palsu dan kata maaf yang tak pernah berbalas, aku mengambil satu keputusan kecil namun berat: berhenti menunggu empati dari mereka yang tak pernah memberinya, bukan untuk menjadi egois, tapi untuk menjaga sisa hatiku.


Aku akan belajar berkata cukup, menutup sedikit pintu demi menjaga napas, dan memberi waktuku pada orang-orang yang benar-benar tahu nilai hadir tanpa melukai—karena kadang, menyelamatkan diri sendiri adalah bentuk kasih sayang yan

g paling tulus.


©2025 TulisanQ. All rights reserved.