
Minggu, 09 Februari 2025 - tulisanq
Dalam Islam, memiliki hati yang peka terhadap kebahagiaan dan kesedihan orang lain adalah tanda hati yang bersih dan iman yang kuat. Para ulama salaf memberikan banyak nasihat tentang pentingnya memiliki empati dan kasih sayang terhadap sesama Muslim, sebagaimana yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan hadits Rasulullah ﷺ.
1. Tanda Keimanan yang Sempurna
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakit dengan demam dan sulit tidur."
(HR. Muslim No. 2586)
Hadits ini menunjukkan bahwa seorang Muslim sejati tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tetapi juga turut merasakan kebahagiaan dan kesedihan saudaranya. Jika seorang Muslim bahagia atas kebahagiaan saudaranya dan sedih melihat saudaranya tertimpa musibah, itu adalah tanda keimanan yang kuat.
2. Akhlak Mulia Para Salaf
Para ulama salaf memiliki hati yang lembut dan penuh kasih terhadap sesama. Mereka selalu merasa bahagia ketika melihat saudara Muslimnya mendapatkan kebaikan dan merasa sedih jika ada yang tertimpa musibah.
Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:
"Dahulu, orang-orang beriman adalah mereka yang saling mencintai satu sama lain. Jika saudaranya dalam kesusahan, mereka pun ikut merasakan kesedihan. Jika saudaranya dalam kebahagiaan, mereka ikut bersyukur."
Sikap seperti ini muncul karena ketulusan hati dan kecintaan yang murni, bukan karena iri atau dengki. Berbeda dengan orang yang hatinya dipenuhi penyakit, mereka justru merasa iri jika melihat orang lain senang, dan merasa lega jika melihat orang lain menderita.
3. Menjauhi Hasad dan Iri Hati
Salah satu penyakit hati yang berlawanan dengan sifat empati adalah hasad (dengki). Rasulullah ﷺ bersabda:
"Janganlah kalian saling dengki, saling membenci, saling berpaling, dan janganlah sebagian kalian menjual atas jualan sebagian yang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara."
(HR. Muslim No. 2563)
Hasad adalah tanda hati yang sakit. Seorang mukmin yang benar imannya akan berusaha membersihkan hatinya dari iri hati dan justru ikut senang atas kebahagiaan orang lain, karena ia yakin bahwa rezeki setiap orang telah ditentukan oleh Allah ﷻ.
4. Mendoakan Kebaikan untuk Sesama
Para salaf juga mengajarkan untuk selalu mendoakan saudara Muslim, baik dalam kebahagiaan maupun dalam kesedihan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Doa seorang Muslim untuk saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya adalah doa yang mustajab. Di atas kepalanya ada malaikat yang bertugas. Setiap kali ia mendoakan kebaikan untuk saudaranya, malaikat tersebut berkata, 'Aamiin, dan bagimu juga seperti itu.'"
(HR. Muslim No. 2733)
Jika kita melihat saudara kita mendapatkan kebahagiaan, hendaknya kita mengucapkan barakallahu fiik (semoga Allah memberkahimu). Jika kita melihat saudara kita dalam kesedihan, hendaknya kita mendoakannya dan berusaha membantunya semampu kita.
5. Menghindari Sikap Acuh dan Egois
Dalam kehidupan modern, banyak orang menjadi individualis dan kurang peduli terhadap kondisi orang lain. Namun, Islam mengajarkan untuk selalu peduli dan tidak bersikap acuh tak acuh terhadap keadaan sesama Muslim.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barang siapa yang tidak peduli dengan urusan kaum Muslimin, maka ia bukan bagian dari mereka."
(HR. Ath-Thabrani, Al-Mu’jam Al-Kabir, 10/317, dihasankan oleh Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah No. 3092)
Oleh karena itu, sebagai seorang Muslim, kita harus melatih diri untuk memiliki hati yang peka, mudah bersyukur atas kebahagiaan orang lain, dan bersedih ketika melihat mereka dalam kesulitan.
Kesimpulan
Sikap bahagia melihat orang lain bahagia dan sedih melihat orang lain sedih adalah cerminan dari hati yang bersih dan iman yang kokoh. Para ulama salaf selalu menanamkan nilai-nilai ini dalam kehidupan mereka, sebagaimana yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
Sebagai seorang Muslim, mari kita berusaha untuk memiliki hati yang bersih dari iri dan dengki, serta selalu berusaha peduli dan mendoakan kebaikan bagi saudara kita. Dengan demikian, kita akan menjadi bagian dari umat yang dicintai Allah ﷻ dan Rasul-Nya ﷺ.