Minggu, 21 September 2025 - tulisanq
Aku selalu berusaha hadir ketika orang lain membutuhkan. Saat ada yang meminta bantuan, aku siap memberikan tenaga dan pikiranku. Siapapun yang datang, aku berusaha menolong tanpa menolak. Tidak jarang, orang-orang bahkan seperti bergantung padaku. Mereka datang untuk berkonsultasi, curhat tentang hidupnya, atau sekadar mencari telinga yang mau mendengar. Dan aku pun selalu mencoba menjadi pendengar yang baik, menampung cerita mereka dengan sabar.
Namun, ketika posisi itu berbalik, ketika aku yang sedang terluka dan membutuhkan pertolongan, keadaan menjadi berbeda. Saat aku meminta bantuan, tidak ada yang benar-benar menjawab. Saat aku ingin didengar, sepi yang justru menyelimuti. Rasanya seperti berdiri di keramaian, tapi sendirian. Aku berusaha memahami orang lain, tapi sering kali merasa tak ada yang mencoba memahami aku.
Banyak orang datang padaku dengan beban hidup mereka. Tapi ketika aku sendiri ingin bercerita, aku tak tahu harus mengadu kepada siapa. Kadang aku hanya bisa curhat kepada Allah dalam setiap sujud. Aku menangis dalam doa, berharap ada ketenangan. Kadang juga aku menangis diam-diam sebelum tidur, menyimpan semua rasa sakit yang tidak bisa aku ceritakan kepada siapapun.
Ada saat-saat di mana aku bertanya: apakah menjadi kuat itu berarti harus menanggung semuanya sendiri? Ataukah ini hanya jalan yang Allah pilihkan untukku, agar aku lebih dekat pada-Nya, karena hanya Dia yang benar-benar mendengar tanpa pernah meninggalkan.