TulisanQ

Pemimpin / Penguasa Sudah Ditakdirkan Allah

Pemimpin / Penguasa Sudah Ditakdirkan Allah

Sabtu, 08 Februari 2025 - tulisanq

Dalam Islam, kepemimpinan adalah takdir Allah yang sesuai dengan kondisi masyarakat. Pemimpin tidak muncul secara kebetulan, tetapi ditetapkan oleh Allah berdasarkan hikmah-Nya. Ini sebagaimana firman Allah:


"Katakanlah, 'Wahai Tuhan yang memiliki kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.'"

(QS. Ali ‘Imran: 26)


Dari ayat ini, jelas bahwa Allah yang mengangkat dan mencabut kepemimpinan sesuai kehendak-Nya. Ibnu Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa keadaan rakyat sangat berpengaruh terhadap pemimpin yang Allah takdirkan atas mereka. Jika rakyatnya baik, maka pemimpin yang baik akan lahir. Jika rakyatnya rusak, maka pemimpin yang rusak akan muncul sebagai konsekuensi dari perbuatan mereka.


Pemimpin Terbaik dari yang Tersedia


Sebagian orang mungkin mempertanyakan mengapa pemimpin yang ada saat ini bukan sosok yang lebih ideal. Namun, dalam realitas syariat, pemimpin yang ada merupakan yang terbaik dari opsi yang ada. Bisa jadi pemimpin lain yang diinginkan oleh sebagian orang memiliki kerusakan yang lebih besar, baik dalam hal agama maupun dalam pengelolaan negara.


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:


"Sesungguhnya Allah mengangkat penguasa yang zalim sebagai hukuman bagi rakyat yang zalim. Dan apabila mereka meninggalkan kezaliman, maka Allah akan mengangkat hukuman tersebut dari mereka."

(Majmu’ al-Fatawa, 35/20)


Dari sini, kita memahami bahwa pemimpin yang ada merupakan hasil dari perbuatan masyarakatnya sendiri. Jika masyarakat menginginkan pemimpin yang lebih baik, maka mereka harus memperbaiki diri terlebih dahulu.


Pemimpin Ahlul Bid’ah Lebih Berbahaya daripada Pemimpin Kafir?


Dalam diskusi tentang pemimpin yang buruk, sebagian ulama membedakan antara pemimpin yang memiliki penyimpangan akidah dan pemimpin yang tidak beriman sama sekali. Beberapa ulama dari kalangan salaf mengisyaratkan bahwa pemimpin yang mengusung bid’ah yang merusak agama bisa lebih berbahaya daripada pemimpin yang kafir.


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:


"Kerusakan yang ditimbulkan oleh pemimpin yang zalim dalam urusan dunia lebih ringan dibandingkan dengan kerusakan yang disebabkan oleh penguasa yang rusak dalam agama. Sebab, kezaliman dalam dunia akan berakhir dengan kehidupan dunia, tetapi kezaliman dalam agama bisa menyebabkan kerusakan yang kekal."

(Minhaj as-Sunnah, 5/118)


Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah juga berkata:


"Fitnah yang ditimbulkan oleh ahli bid’ah lebih berbahaya bagi umat daripada kezaliman seorang penguasa."

(Diriwayatkan dalam Thabaqat al-Hanabilah)


Pandangan ini menunjukkan bahwa pemimpin yang membawa ajaran bid’ah dan menyimpangkan akidah umat bisa lebih berbahaya daripada pemimpin yang kafir tetapi membiarkan umat menjalankan agama dengan benar. Ini karena pemimpin ahlul bid’ah dapat merusak akidah dan menciptakan penyimpangan dalam Islam secara sistematis.


Kesimpulan


  • Pemimpin adalah takdir Allah yang sesuai dengan keadaan masyarakat.
  • Pemimpin yang ada saat ini adalah yang terbaik dari pilihan yang tersedia.
  • Jika masyarakat ingin pemimpin yang lebih baik, mereka harus memperbaiki diri terlebih dahulu.
  • Ulama salaf menjelaskan bahwa pemimpin ahlul bid’ah bisa lebih berbahaya daripada pemimpin kafir karena dapat merusak agama secara permanen.


Oleh karena itu, daripada hanya mencela penguasa, lebih baik setiap individu berusaha memperbaiki dirinya sendiri dan masyarakat di sekitarnya. Karena dengan perbaikan umat, Allah akan memberikan pemimpin yan

g lebih baik sebagai bentuk rahmat-Nya. Wallahu a’lam.

©2025 TulisanQ. All rights reserved.